Kisah Sebuah Lukisan Tanpa Makna
Oleh Idni Syahdi
Dia adalah Daniel. Seorang pria yang sedang kasmaran memandang langit malam. Mengingat semua hal yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Kebaikan, kesalahan, keburukan, dan kebahagiaan bersatu padu dalam pikiran yang sendu dan sunyi yang terikat di malam hari. Namun, satu kenangan yang melekat selamanya dipikiran. Kenangan tersebut merupakan kenangan romansa bersama Tiara.
Tiara merupakan seorang gadis desa yang berada diantara bayang pulau dan selat. Datang dari jauh hanya untuk mempelajari pengetahuan dan ilmu untuk bertarung dikota demi merubah nasib. Sedangkan Daniel merupakan pria yang jatuh cinta pada langit indah malam dan ketenangan yang tiada henti. Mereka merupakan mahasiswa di salah satu universitas. Tiara yang merupakan seorang mahasiswa Perikanan, dan Daniel yang merupakan seorang mahasiswa dari jurusan Ilmu Kelautan.
Malam Festival Seni, merupakan malam yang tak akan pernah hilang dari pikiran Daniel. Karena, pada malam itulah dimana terjadinya suatu yang pertemuan yang sakral dalam suatu hubungan bagi pria dan wanita. Takdir berkata, mereka harus dipertemukan di sebuah altar bahagia yang disebut cinta pada sebuah pandangan pertama. Tiara yang merupakan seorang penggiat seni berkesempatan untuk memamerkan hasil buah tangan dari karya yang ia buat, yakni lukisan. Daniel yang merupakan seorang pecinta seni merasa tertarik dengan karya-karya yang dibuat oleh Tiara. Dari semua lukisan, yang paling membuatnya tertarik adalah lukisan yang ada pada galeri nomor 14 milik Tiara. Daniel sempat bertanya sebelum mengetahui tentang lukisan tersebut.
“Bisa tolong jelaskan makna dari lukisan ini?” ucap Daniel
Tiara menyanggah, “Itu hanyalah sebuah lukisan tanpa makna yang kubuat. Aku tidak tahu apakah lukisan itu berharga untuk dipajang atau hanya sebuah sampah untuk memenuhi koleksiku.”
“Ini menjadi favoritku. Sebuah karya abstrak, indah, dan tanpa makna. Seperti langit malam yang biasanya ku tatap sendirian bersama kunang – kunang bercahaya bak cahaya ilahi.” ucap Daniel.
“Apa yang kau dapatkan dari menatap langit yang tak berguna?” Ucap Tiara dengan nada penasaran dan sebal.
“Kau tahu, semua ketenangan yang tak bisa kau dapatkan ketika berada di keramaian. Bahkan jika kau dapat merasakan dan bersatu dengan angin malam, kau bisa masuk angin” Daniel melawak didepan Tiara yang sedang serius berharap mendapatkan jawaban dibalik rasa penasarannya. Dari kejadian inilah awal mula Daniel dan Tiara saling sering bertukar pikiran dan dan saling berbagi cerita.
Semua mulai berjalan lancar bagi Daniel, ibaratkan ombak di laut yang tenang. Dari mulai peristiwa inilah, Daniel dan Tiara mulai berkencan. Dari menonton bioskop, nangkring di Cafe gaya anak muda pada umumnya, hingga kencan pesta seni. Setiap waktu libur sebagian dihabiskan bersama – sama, hingga saling berbagi cerita. Suka duka mereka lalui bersama, tanpa ada permasalahan mengganggu.
Tiada alasan bagi Daniel untuk tidak mau berteman dengan Tiara. Ia merasa Tiara cocok bagi seseorang yang sepertinya. Ibaratkan magnet, kutub negatif harus bertemu dengan kutub positif agar bisa menyatu. Hal inilah yang ada di pikiran Daniel tentang Tiara. Ia merupakan gadis yang cocok untuknya berbagi cerita tentang apa yang ia suka. Dari segi seni, pemikiran, dan segi pembicaraan. Daniel yang merupakan seseorang yang merasa dirinya indie dan kesepian, menemukan sesuatu yang tak bisa ia temukan pada orang lain.
Seiring berjalannya waktu, timbul perasaan aneh yang tidak pernah Daniel rasakan ketika bersama orang lain. Ternyata, perasaan tersebut adalah perasaan suka pada Tiara. Lalu, Daniel pun dengan tekad dan berani mengungkapkan sebuah perasaannya kepada Tiara.
“Tir, gua suka ama lu. Lu mau ga jadi pacar gua?” tegas Daniel dengan percaya dirinya.
Dengan berat hati Tiara menjawab “Maaf Niel, gua bukannya nggak mau sama lu, tapi gua hanya ingin fokus kuliah dulu. Ada keluarga gua yang nasibnya perlu gua ubah. Bapak gua sakit – sakitan, ibu gua cuma menafkahi gua dengan jualan kue, dan ada adik – adik gua yang perlu uang untuk melanjutkan sekolah. Gua sebagai anak pertama, harus menjadi seorang pengganti bagi sosok ayah untuk mencari nafkah. Dengan itulah gua kaga bisa nerima lu.”
“Kalo lu gabisa nerima gua sekarang, gimana kalo lu udah siap nanti?” ucap Daniel yang masih menginginkan Tiara yang menjadi miliknya.
“Insya Allah Niel, kalo kita jodoh, gabakalan kemana” ucap Tiara.
Bukan hal yang masalah jika seorang pria mengungkapkan rasa suka dan cinta kepada seorang perempuan, yang jadi masalah adalah mengungkapkan rasa suka kepada seorang pria juga. Sayangnya, Tiara tidak bisa membalas perasaan tersebut. Ia harus menolak rasa cinta dari Daniel demi masa depan dan harus fokus pendidikan. Namun, Daniel tak menyerah begitu saja. Ia bersedia menunggu hingga masing – masing dari mereka menyelesaikan apa yang harus mereka selesaikan selama menjadi Mahasiswa. Setelah itu, mereka pun lost contact dan menjadi asing kembali. Daniel merasa malu untuk melakukan hubungan bersama Tiara seperti yang ia lakukan sebelumnya, sedangkan Tiara merasa tidak enak karena sudah menolak rasa cinta dari Daniel.
Musim Wisuda pun berlalu. Hari – hari Daniel yang ia lalui sebelumnya kembali seperti hari – hari yang ia lalui sebelum bertemu Tiara. Menatap langit, mencari ketenangan dibalik kesepian dan keindahan malam hari. Hingga pada suatu malam, ia menerima pesan dari sebuah nomor tak dikenal yang berisikan undangan. Betapa terkejut dan sakitnya perasaan Daniel. Ibaratkan ledakan nuklir menempati dadanya. Semenjak saat itu mereka yang sangat cocok diikatkan karena takdir, mereka harus berpisah demi takdir.
Tanpa tersadar, hujan turun dimalam dimana Daniel menatap langit yang menyebabkan ia tersadar bahwa ia sekarang hanyalah sebuah lukisan tanpa makna yang pernah dilukis oleh Tiara jika tiada cinta dari Tiara didalam hidupnya. Ketika kasmaran, jika tanpa cinta itu merupakan seperti sebuah lukisan tanpa makna.
~THE END~
Cerpen ini ada lanjutannya. Kalo saya tulis lebih panjang, takutnya jadi cerita panjang
Kalo cringe yamaap hehe :3