Until I Found Him
Butiran salju di malam hari menandakan perayaan tahunan di kerajaan. Tamu undangan berkumpul di dance hall untuk menikmati pesta dansa kerajaan. Berbeda halnya dengan Georgia, ia hanya melihat dan mengelilingi kerumunan tamu undangan. Pancaran lampu sudut ruangan serentak mengikuti gerakan mereka yang berdansa waltz.
Namun, di antara ratusan orang, pandangan Georgia tertuju pada satu sosok pria bertopeng hitam dengan pakaian putih menawan. Menikmati alunan lagu seorang diri sambil memegang segelas cangkir wine di tangannya. Georgia yang melihat hal ini memberanikan diri untuk menghampiri pria itu. Pertemuan pertama mereka dimulai
“Hai, sendirian saja?” tanya Georgia sambil berjalan mengambil segelas wine di dekat pria itu.
Dia memalingkan wajah perlahan sambil meneguk winenya seolah tidak ada siapapun di dekatnya.
Georgia berpikir dalam hati kecilnya, “Kenapa dia hanya diam saja? Mungkin aku akan bertanya lagi.”
Kemudian Georgia mengucapkan kalimat yang sama untuk kedua kalinya. Pria itu nampak ingin membuat Georgia pergi dari tempatnya dengan tetap menghiraukan setiap tindakannya. Ya, orang-orang akan menganggap pria ini sombong dan cuek dengan perlakuannya.
“Oke, lebih baik aku pergi saja," batin Georgia yang mulai kesal.
Beberapa detik sebelum Georgia bergerak meninggalkan tempat itu, pria yang terlihat cuek ini melirik ke arah Georgia lalu berkata, “Ya, aku sendirian saja. Ada perlu apa? Kamu mau menemaniku?”
Mendengar perkataan si pria, Georgia lantas terkejut membalikkan badannya seraya berkata dan bertanya, “Tidak, aku hanya ingin menyapa saja. Kebetulan aku tidak sengaja melihatmu menjauhi keramaian dan berdiri di pojokan. Apakah kamu baik-baik saja?”
Kemudian pria itu mengambil segelas wine lagi dan menyodorkannya pada Georgia, sembari berkata, “Ya, aku baik-baik saja. Minumlah, temani aku.”
“Terima kasih," balas Georgia.
“Apakah kamu menyukai pesta dansa?” tanya pria itu pada Georgia.
“Bisa dikatakan, ya, tapi aku lebih menyukai salju di malam hari,” seutas senyum terukir di bibir Georgia.
Setelah menghabiskan wine dan menikmati pesta dansa, pria itu mengajak Georgia pergi keluar dari kerajaan untuk melihat salju di malam hari. Mereka berhenti di satu pondok indah dekat taman kerajaan dan berdiri di sana.
“Wah, lihat saljunya, indah sekali. Sudah lama sekali aku tidak melihat salju,” ucap Georgia senang sambil menunjuk salju.
Pria itu melihat Georgia dengan tatapan berbinar dan melontarkan senyuman tipis dan berkata, “Kamu begitu menyukainya, ya? Tapi harus ku akui salju di malam hari memang indah.”
Georgia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah pria itu. Tanpa disadari, pria yang awalnya bersikap cuek ini terus menahan pandangannya pada Georgia dan mengucapkan satu kata “cantik."
Setelah beberapa lama menikmati indahnya salju, Georgia dan pria itu berlarut dalam situasi yang sedikit canggung dan hening. Sehelai daun jatuh tepat di atas rambut Georgia, pria itu melihat dan secara spontan mengambil daun yang ada di rambut Georgia.
Melihat tindakan si pria, Georgia tersipu malu. Ia terkejut, tak sengaja menginjak kakinya sendiri dan terjungkal ke belakang. Melihat hal itu, dengan sigap pria itu menangkap Georgia dan tidak sengaja menarik pergelangan tangannya hingga mereka berdua saling berpelukan. Tangan pria itu melingkar di pinggang Georgia, dahi bersentuhan, dan saling bertatapan.
Situasi intens di antara mereka membuat jantung keduanya berdegup kencang. “Deg, deg, deg," detak jantung itu mengisi keheningan.
Sesaat kemudian, pria itu bertanya pada Georgia, "Apakah kamu terluka?”
“A...aku tidak apa-apa,” jawab Georgia terbatah-batah dengan pipi yang merona.
“Wanita ini benar-benar telah membuatku tidak waras lagi. Bibirnya yang merah merona membuatku tertantang untuk menciumnya,” batin pria itu.
Pria itu terus menatap Georgia yang sudah cukup lama menundukkan kepalanya untuk menutupi pipinya yang merona. Karena sudah tidak tahan lagi melihat tingkah laku Georgia yang menggemaskan, akhirnya pria itu memegang dagu Georgia dan mengangkatnya ke atas. Dengan kegilaannya, pria itu memutuskan untuk mencium bibir Georgia dengan satu kali kecupan.
Tanpa berlama-lama, si pria pergi meninggalkan Georgia seorang diri dengan tidak mengatakan satu patah katapun. Tanpa mengetahui nama satu sama lain, wajah satu sama lain, dan perkenalan yang sebatas sapaan. Setelah kejadian ini tersisalah Georgia seorang diri dengan dinginnya malam.
Satu tahun kemudian...
“Tidak terasa sudah satu tahun berlalu dan tibalah hari yang ku nantikan. Hari di mana aku bertemu dengan dia yang tidak kukenal siapa dirinya. Dia yang membuatku kembali merasakan kehangatan, tapi juga terus membuatku mencari keberadannya," Georgia bicara pada salju-salju yang turun di depan jendela kamarnya.
Malam hari pun tiba, pertanda pesta tahunan kerajaan kembali. Namun, di pesta malam ini berbeda dari pesta tahun sebelumnya karena akan ada upacara pendewasaan pangeran. Semua tamu undangan yang hadir diperkenankan untuk memakai pakaian formal dan tidak memakai topeng.
Dari pintu utama tibalah seorang wanita bergaun merah muda dengan rambut yang terurai, Georgia. Di sisi lain, ada seorang pria yang sedang menuruni tangga menuju hall disambut oleh para tamu undangan. Pria itu adalah pangeran yang pada malam hari ini akan dirayakan upacara kedewasaannya. Sorot pandangan Georgia mengarah ke pangeran itu dan sebaliknya pria itu juga menatap ke arah Georgia. Namun, keduanya tidak menyadari bahwa mereka adalah dua orang yang pernah bersama menghabiskan waktu dengan satu kali kecupan.
Dia ...
Pria yang selama ini ku nantikan ...
Berada di sekitarku.
by Georgia
Penulis: Della Listiyani
Editor: Dina Sayyidina Rani
Ilustrasi: Canva