Bangka Belitung Bangkit: Kerahkan Ekonomi Kreatif Berbasis Kultural Guna Mencapai Kesejahteraan
Oleh: Zahra Zarina
Kita tentu sepakat bahwa yang namanya kebangkitan dan perjuangan tidak akan ada henti-hentinya. Selepas Indonesia dinyatakan merdeka pada 78 tahun yang lalu, perjuangan bangsa kita tidak hanya berhenti disana. Setelah perjuangan berdarah-darah yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan. Kini, kita dihadapi dengan berbagai persoalan yang diikuti oleh perkembangan dunia yang semakin maju. Pernyataan mengenai kemerosotan bangsa sudah sering terdengar, baik dalam sektor sosial, budaya, politik, hingga ekonomi pun menjadi tantangan baru yang harus segera ditangani. Lebih dari itu, kini isu mengenai adanya ancaman resesi pun telah mengudara bahkan hingga kepelosok negeri. Tidak dapat dibayangkan betapa murungnya negeri ini bahkan negara-negara lain di seluruh belahan dunia akibat adanya resesi.
Beberapa dampak yang akan dirasakan ialah penurunan lapangan kerja, angka kemiskinan yang semakin tinggi, pendapatan yang semakin merosot, bahkan berdampak pada aspek sosial dan psikologis pada masyarakat. Untuk itu, bangsa kita dituntut untuk melakukan pembenahan, perbaikan, pembaharuan, serta pemolesan sesegera mungkin, agar Indonesia dapat mencapai kesejahteraan sebagaimana implementasi dari sila ke lima Pancasila. Adapun salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai kesejahteraan yang merata ialah dengan membangkitkan sektor ekonomi bangsa. Lantas siapakah yang bertanggung jawab atas kekhawatiran ini?Jawabannya adalah tentu saja seluruh komponan bangsa, mulai dari pemerintah, prajurit TNI, polisi, pegawai, ulama, santri, mahasiswa, pedagang kecil, petani, pekerja, buruh ,dan seluruh elemen masyarakat lainnya. Pemerintah saja tidak cukup, untuk itu dibutuhkan kerja sama seluruh masyarakat untuk menyongsong kesejahteraan bersama. Begitu pula yang harus dilakukan oleh masyarakat Bangka Belitung, yakni provinsi yang kini menjadi penghasili timah terbesar di Indonesia, bahkan di dunia sekalipun. Namun, adalah suatu kekeliruan apabila kita hanya mengandalkan timah sebagai penggerak perekonomian. Sebagaimana yang kita ketahui, pertambangan timah juga memiliki dampak buruk yang cukup signifikan. Mulai dari rusaknya bentang alam, merambatnya kolong bekas tambang yang membahayakan sekaligus tidak ramah lingkungan, pencemaran air dan udara, bahkan penurunan tingkat kualitas tanah.
Adapun salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengerahkan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal.
Teknologi canggih penduAdapun ekonomi kreatif pada dasarnya berfokus pada produksi atau penciptaan, serta pendistribusian barang yang memiliki nilai tinggi. Biasanya produk tersebut didasarkan pada kreativitas, keahlian, dan bakat pada individu atau kelompok. Ekonomi kreatif mendorong masyarakat untuk mampu berinovasi dan mengekspresikan budaya, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Apa yang disampaikan oleh penulis diatas memiliki koherensi dengan pernyataan Habib (2021) yang mengatakan bahwa ekonomi kreatif tumbuh melalui gabungan antara kreatifitas dan gagasan yang inovatif serta aset intelektual yang melingkupinya, sehingga kemudian dapat dimoneterisasi. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa gebrakan ekonomi kreatif merupakan salah satu inovasi yang sangat tepat untuk diterapkan di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bagaimana tidak, Bangka Belitung sendiri merupakan provinsi yang memiliki keayaan alam dan keberagaman budaya yang sangat potensial. Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan ditinjau dari potensi yang dimiliki.Salah satu langkah yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan adalah dengan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengan (UMKM) terkait produk kebudayaan lokal. Di Bangka Belitung sendiri ada beberapa hasil kerajinan tangan yang hanya dimiliki oleh masyarakat Babel. Contohnya, seperti kain batik cual khas Babel, kopiah resam, Pewter alias kerajinan tangan atau cinderamata yang terbuat dari timah yang dapat berupa gantungan kunci, miniatur-miniatur ikon Babel dan sebagainya. Apabila produk-produk ini dimaksimalkan dalam hal kualitas dan pemasaran maka tentu akan menjadi salah satu produk ekonomi kreatif yang sangat memadai. Selanjutnya, mari bercermin dari seorang Zulkifli Hasan, seorang pengrajin ukir limbah kayu ulin yang berasal dari Belitung Timur. Kini, karyanya sudah terjual hingga ke beberapa negara, seperti Brazil, Jepang, Inggris, hingga Amerika (grid.id). Selain itu, usaha lainnya juga dapat berupa pengembangan kuliner, misalnya berupa wisata kuliner. Lainnya, adalah produksi film, fotografi, musik atau lagu, tarian, yang dapat menjadi produk kultural. Contohnya, salah satu film horor yang mengangkat legenda masyarakat Babel yang berjudul Buyut. Film ini ditayangkan di bioskop lokal dan banyak mendapatkan apresiasi serta dukungan dari banyak masyarakat. Sebenarnya, sudah banyak produk-produk ekonomi kreatif berbasis kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat Bangka Belitung, hanya saja belum dioptimalkan semaksimal mungkin. Selain itu, akan selalu ada halangan bagi suatu tekad untuk bangkit, begitu pun saat kita ingin mengimplementasikan ekonomi kreatif berbasis budaya di Bangka Belitung. Adapun beberapa halangan yang mungkin terjadi ialah: (1) Modal dan ketersediaan bahan baku; (2) kung proses produksi; (3) Masalah hak cipta sebagai bentukperlindungan bagi Ekonomi kreatif, karena tidak dapat menutup kemungkinan suatu waktu produk kita dapat di klaim oleh orang lain, atau bahkan negara lain. Untuk mengantisipasi hambatan-hanbatan tersebut, diperlukan sinergi yang besar baik dari pemerintah maupun pemerintah daerah demi mencapai kesepakatan dalam menciptakan terobosan baru. Adapun terobosan yang dimaksud tak lain ialah solusi dan strategi yang laik dalam proses pengembangan ekonomi kreatif berbasis kultural. Oleh sebab itu, kita memerlukan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat umum untuk bersama-sama berkomitmen mendukung penuh ekonomi kreatif berbasis kultural. Dan tentunya peran generasi muda sebagai inisiator yang memiliki gagasan dan inovasi-inovasi hebat. Umumnya generasi muda memiliki pola pikir yang cenderung linear sehingga terbuka dengan perkembangan globalisasi, hal ini mengakibatkan mereka dapat dengan mudah menyeimbangi langkah dengan kemajuan teknologi.
Pada dasarnya keragaman budaya yang dimiliki Bangka Belitung sudah memiliki potensi yang besar untuk mengerahkan ekonomi kreatif berbasis kultural. Bahkan ide, gagasan,inovasi, dan produk-produk yang lahir dari masyarakat Bangka Belitung pun tergolong telah memiliki potensi untuk menyongsong suksesnya ekonomi kreatif berbasis kultural ini.
Sehingga, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membangun komitmen antara seluruh komponen masyarakat untuk saling berkontribusi dalam upaya mengerahkan sektor ekonomi kreatif. Adapun generasi muda hendaknya menjadi inisiator penggerakan ini, ditangan pemuda yang memiliki jiwa patriotisme dan kreatif dapat mensukseskan terobosan ini. Apabila hal ini terwujud tentu akan meningkatkan lapangan pekerjaan, serta meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar sehingga berdampak terhadap pendapatan daerah. Pada dasarnya, perencanaan yang panjang harus disertai dengan pengorbanan yang panjang pula, waktu, tenaga dan pikiran harus dikerahkan semaksimal mungkin guna tercapainya Bangka Belitung Bangkit dengan ekonomi kreatif berbasis kultural. Semoga dengan adanya terobosan ini dapat menyejahterakan masyarakat negeri Sepintu Sedulang sebagaimana implementasi sila ke-5 Pancasila.